7 Tips Sederhana Sebelum Berangkat Traveling

Berencana melakukan perjalanan? Simak 7 tips sederhana ini.

1. Jangan lupa mencatat nomor telepon yang diperlukan

Nomor telepon pemadam kebakaran, kantor polisi merupakan nomor telepon penting yang harus kamu catat ketika traveling, sehingga jika kamu merasakan suatu ancaman atau melihat kebakaran, kamu bisa langsung menghubungi pihak berwajib.

2. Fotokopi dokumen penting

Jika kamu traveling ke luar negeri, kamu harus mempunyai fotokopi paspor supaya jika kehilangan paspor, maka kamu tidak akan kebingungan ketika melaporkan ke kedutaan negaramu. Jika traveling di dalam negeri, maka cukup fotokopi SIM dan KTP saja.

3. P3K Mini

Plester luka, minyak kayu putih, salep, koyo, obat-obatan adalah barang-barang yang perlu kamu siapkan. Karena tak jarang ketika memerlukan barang tersebut, kamu akan kesulitan menemukannya di kota atau tempat kamu traveling.

Credit : http://subcreat.blogspot.com/

4. Jangan lupa cadangkan sebagian uang

Hal ini akan sangat berguna jika kamu kecopetan, sehingga kamu tidak akan kehilangan semua uangmu.

5. Buat planning yang jelas sebelum liburan

Kamu perlu merencanakan tujuan wisatamu kemana aja dan juga berapa anggaran yang kira-kira akan kamu habiskan, sehingga kamu tidak akan terlalu banyak menghabiskan uang.

credit : http://urbanparentingmagazine.com/travel-planning-101-can

6. Berkomunikasi dengan warga lokal

Jika kamu dapat berbaur dengan warga lokal, maka kamu akan mendapatkan info tentang objek wisata yang bagus, tempat makan murah, dan info penting lain dengan gratis!

7. Tetap tenang dan nikmati perjalanan

Kecopetan? Tas hilang? Tetap tenang dan jangan panik. Itu bisa menjadi pengalamanmu untuk perjalanan selanjutnya. Inti dari perjalanan adalah menemukan pengalaman baru kan?

Dikutip dari Hipwee dengan sedikit pengubahan.

Eksplorasi Pertama, Pantai Lhokmee, Aceh Besar

Rabu (14 Mei 2014) pukul 03:02 pm, kami masih berada di Zakir Kupi Lamprit. Tidak terbersit sedikitpun rencana untuk menuju ke pantai Pasir Putih, hingga tiba-tiba salah seorang dari kami mengajak jalan-jalan ke sana. Mengingat waktu sudah terlalu sore, ada rasa enggan untuk berangkat, tapi karena mengingat kesempatan yang sangat sulit untuk didapatkan lagi akhirnya kami (sebenarnya hanya saya dan seorang teman saya) berangkat menuju ke sana. Pukul 04.15 kami meninggalkan Zakir, namun kami terlebih dahulu shalat ashar di Masjid Oman dan setelahnya kami menuju ke Darussalam untuk mengambil perlengkapan yang dibutuhkan, menit demi menit berlalu, akhirnya kami baru siap berangkat pada pukul 05:14 pm.

Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit, kami tiba di Pantai Pasir Putih Lhokmee sekitaran pukul 06:00 pm, namun selama di jalan, kami tak dibuat bosan oleh eloknya pemandangan yang disuguhkan alam. Barisan bukit Lhokmee yang gundul mampu membuat mata tak berhenti memandang.

Tidak seperti pantai Lampuuk maupun Alue Naga, pantai ini sangat sepi dari pengunjung, hanya kami berdua yang mengunjunginya. Apakah karena sudah terlalu sore, kami pun tidak tahu dan tidak terlalu mempedulikannya. Padahal dulu pantai ini merupakan tempat wisata favorit baik wisatawan lokal maupun interlokal (maksudnya pelancong luar kota), namun mungkin popularitas pantai ini merosot akibat ditemukannya pantai yang lebih indah, yaitu pantai Lampuuk. Alasan lain mungkin perjalanan menuju pantai ini terbilang jauh dari pusat kota Banda Aceh.

Segera, kami mengeluarkan perlengkapan yang sudah dipersiapkan karena tujuan kami memang untuk mengambil beberapa foto ditambah dengan sepinya suasana pantai membuat kami sangat bersemangat. Pohon-pohon yang tumbuh di tepi pantai langsung menjadi objek sasaran. Suasana pantai yang damai pun berhasil kami abadikan dalam sebuah bingkai foto.




Oh iya, alangkah baiknya untuk membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah, karena barang-barang yang dijual di sekitaran pantai ini lebih mahal dari harga pasaran. Cobalah untuk membawa Liang Teh Cap Panda untuk mencegah masuk angin ketika dalam perjalanan.

Saat kami sedang asyik-asyiknya, seorang penduduk lokal datang. Bukan menemui kami lho, tapi beliau ingin mempersiapkan perahu untuk berlayar pada malamnya. Kami pun sempat mengobrol dengan beliau, ternyata pantai ini ramai pengunjungnya ketika sedang hari libur, karena kami datang pada hari kerja, pantas saja pengunjungnya hanya kami. Kami sebenarnya ingin memotret beliau dengan aktivitas yang dilakukan, tapi tidak diizinkan karena beliau malu untuk difoto.

Pemandangan dari bibir pantai ternyata tidak mampu membuat kami puas, sehingga kami mencari spot yang lebih indah untuk didokumentasikan. Dari kejauhan terlihat hamparan karang yang berada agak ke tengah lautan, kami bertanya pada bapak tadi kira-kira bagaimana caranya kami bisa menuju ke sana. Hanya ada satu jalan, yaitu dengan menyeberang lautan.



Ternyata perjalanan menuju ke hamparan karang itu tidak semudah yang dibayangkan, karena terdapat banyak akar-akar pohon yang kami tidak tahu namanya (eh) menembus permukaan tanah seperti jarum jarum besar yang melihatnya saja sudah menusuk mata dan juga kami tidak membawa pakaian ganti, terpaksa kami harus basah-basahan dengan celana yang kami pakai. Tetapi perjuangan itu tidak sia-sia, pemandangan dari sana sangatlah indah untuk didokumentasikan.

Tak terasa azan maghrib berkumandang saat kami masih berada di lautan, kami pun bergegas berkemas untuk menunaikan shalat maghrib di mushalla yang terletak di dekat bibir pantai. Setelah melepaskan lelah sejenak, kami pun berangkat pulang.




Tak lama, kami pun berangkat pulang.